Pernah mendengar tentang inklusi keuangan? Istilah ini populer sejak tahun 2016 saat bulan Oktober ditetapkan sebagai Bulan Inklusi Keuangan. Hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia yang menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang gencar-gencarnya meningkatkan inklusi keuangan.
Istilah inklusi keuangan masih terasa asing bagi kaum yang memiliki tingkat literasi keuangan rendah. Apa pula literasi keuangan itu? Mari kita bahas pelan-pelan.
Inklusi keuangan didefinisikan oleh Bank Dunia sebagai hak bagi individu atau bisnis yang mempunyai akses terhadap keuangan yang cukup mampu untuk membeli barang maupun jasa dengan cara yang efektif dan berkelanjutan.
Lebih mudahnya, inklusi keuangan dapat diartikan sebagai keadaan masyarakat dalam menggunakan berbagai produk maupun jasa keuangan, meliputi asuransi, teknologi finansial, investasi, dan yang paling umum digunakan adalah perbankan.
Nah, tentu untuk mencapai inklusi keuangan, kita diharapkan melek terhadap kondisi yang berkaitan dengan keuangan, atau biasa disebut dengan literasi keuangan. Masyarakat yang melek keuangan diharapkan bisa memilih produk maupun jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga tidak lagi timbul rasa curiga.
Upaya pemerintah dalam mencapai inklusi keuangan memerlukan kerja sama dari berbagai sektor. Manfaat inklusi keuangan tersebut tentu akan lebih cepat dirasakan apabila didukung oleh banyak pihak, salah satunya generasi milenial.
Generasi Milenial dan Dilema Finansial
Indonesia diprediksi akan menempati urutan kedelapan ekonomi di dunia pada tahun 2020 oleh The World Economic Forum. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Goldman Sachs yang memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia setelah Tiongkok.
Tidak bisa dipungkiri lagi, kekuatan ekonomi yang diperkirakan akan semakin kokoh dimotori oleh generasi milenial. Jumlah generasi milenial atau generasi yang lahir pada tahun 1981-2000 menurut BPS berjumlah 88 juta pada tahun 2017. Ini berarti 33,75% dari jumlah penduduk di Indonesia.
Seperti terlihat pada grafik, jumlah generasi milenial menguasai sepertiga jumlah demografi di Indonesia. Kemudian disusul oleh generasi Z yakni sekitar 29,23%, generasi X sebesar 25,34% dan yang di posisi terakhir adalah generasi baby boomers dan veteran yang hanya 11,27%.
Jumlah generasi milenial ini merupakan tantangan dan juga kesempatan bagi Indonesia untuk meraih inklusi keuangan lebih cepat di era teknologi yang sudah semakin maju. Mayoritas pengguna internet di Indonesia berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Alvara Research Center pada tahun 2019 mencapai 94,4%.
Secara umum generasi milenial tidak mengalami kondisi sulit, namun mereka peka dengan perubahan teknologi atau gadget. Mereka tidak pernah terlalu berpikir panjang, cara mereka menghadapi masalah juga berbeda dengan tuntutan orang tua, proses pendidikannya juga berbeda.
– Dicky Kartikoyono
Direktur Sumber Daya Manusia Bank Indonesia
Karakteristik milenial yang memiliki attention span yang lebih cepat dari generasi sebelumnya memengaruhi gaya komunikasi dan cara hidup mereka.
Kamu generasi milenial? Coba cek dompetmu sekarang. Coba jujur berapa banyak uang di dompetmu? Sedikit?
Generasi milenial lebih menyukai transaksi keuangan yang bersifat non-tunai, wajar kalau dompetmu tipis. Tapi saya percaya, uang di e-money pasti banyak. Nyatanya generasi milenial merupakan generasi yang cukup konsumtif dalam menggunakan uangnya.
Sebanyak 51,1% pengeluaran generasi milenial digunakan untuk keperluan rutin, hanya 10,7% saja yang dialokasikan dalam tabungan. Sangat disayangkan di era teknologi yang sudah maju seperti sekarang ini minat generasi milenial untuk berinvestasi masih rendah, yaitu 2%.
Sebenarnya, generasi milenial sudah banyak menggunakan produk keuangan yang tersedia. Mayoritas menggunakan tabungan konvensional sebanyak 80,2%. Sebanyak 19,3% generasi milenial pun sudah mengalokasikan pendapatannya untuk asuransi kesehatan. Sedangkan untuk produk perbankan lain masih jarang diminati.
Tak jarang juga ditemui generasi milenial yang sedang terjebak dalam masalah finansial. Di umur yang sudah mulai mendekati 30 tahun, masih dijumpai generasi milenial yang memiliki tekanan finansial dari lingkungan bahkan keluarga terdekatnya. Lalu apa yang perlu dilakukan generasi milenial?
- Perbaiki kondisi finansial
- Tambah pundi-pundi uang
- Tinggalkan kebiasan buruk
- Mulai berinvestasi
Generasi milenial harus mulai melakukan praktik inklusi keuangan dengan memilih dan menggunakan produk keuangan yang sesuai kebutuhan sehingga menghasilkan benefit positif di masa depan.
Bersama Amartha Hempas Galau Finansial
Mari berkenalan dengan Amartha yang merupakan microfinance dengan misi menghubungkan pelaku usaha mikro dengan pemodal secara online. Berangkat dari keprihatinan melihat banyak pengusaha mikro yang sulit memperoleh modal karena hambatan jaminan, fluktuasi pendapatan, dan ketiadaan sejarah kredit, Amartha hadir dengan membawa semangat gotong royong dan mengusung teknologi yang tepat pada tahun 2010.
Amartha menghadirkan kemudahan dalam memperoleh modal bagi pengusaha mikro dengan harapan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat di piramida bawah. Pionir teknologi finansial P2P Lending Indonesia online ini bisa menjadi alternatif investasi bagi kaum milenial. Kaum milenial dapat mengambil peran sebagai pendana bagi pelaku usaha mikro.
Teknologi finansial P2P Lending atau Peer-to-Peer Lending merupakan salah satu jenis jasa keuangan dengan model memberikan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi. P2P lending mempertemukan pendana yang ingin meminjamkan modal kepada penerima pinjaman secara langsung melalui teknologi internet.
Secara umum, P2P lending memberikan keunggulan tersendiri bagi investor atau pendananya, antara lain:
- Keuntungan tinggi
- Nilai minimum investasi kecil
- Proses mudah
Lalu bagaimana dengan keunggulan P2P lending yang ditawarkan oleh Amartha? Simak infografis di bawah ini.
Amartha menawarkan pendanaan dengan sistem bagi hasil 15% flat pertahun bagi pendana. Ingat, sebagai pendana kamu juga memberi dampak sosial juga loh. Menariknya lagi, Amartha menjadi satu-satunya P2P lending yang memberikan sistem pengembalian dana bagi hasil tiap minggunya.
Amartha melayani pendanaan bagi para pengusaha mikro dan kecil yang memiliki keterbatasan dalam akses layanan keuangan di pedesaan. Penerima pinjaman atau yang disebut dengan mitra usaha merupakan pengusaha mikro perempuan dengan kebutuhan modal mulai dari 1,5 juta. Penerima pinjaman dapat menggunakan dana yang diterima untuk usaha produktif di tempat mereka tinggal.
Mitra usaha diseleksi berdasarkan algoritma skor kredit untuk menentukan kelayakan berdasarkan analisa usaha dan kepribadian. Sehingga pendana dapat memilih mitra usaha berdasarkan grade yaitu A, A-, hingga E. Grade ini merepresentasikan kemungkinan resiko gagal maupun berhasil bayar.
Seperti sudah dijelaskan di atas, dalam memilih produk keuangan perlu diimbangi dengan literasi finansial. Profil kaum milenial yang melek finansial tentu akan meneliti lebih dalam terkait kelebihan berinvestasi melalui pendanaan di Amartha. Kamu perlu memperhatikan resiko dalam penyaluran dana karena resiko tersebut akan ditanggung oleh pendana.
Selain keunggulan di atas, penghargaan yang diperoleh Amartha selama berkecimpung di dunia fintech tentu akan menjadi nilai tambah bagi generasi milenial yang ingin menjadi pendana. Dalam satu dekade perjalanan Amartha, berbagai penghargaan baik nasional maupun internasional telah berhasil diraih. Berikut adalah penghargaan yang diraih pada tahun 2020:
- FinTech Rocketship Awards Programme (FTRA) 2020 yang merupakan penghargaan internasional kolaborasi pemerintah Inggris dengan pemerintah India
- Peringkat platinum dalam Global Impact Investing Rating System (GIIRS) 2020
- Blue Eagle Award 2020 for The Remarkable Contribution Bancassurance
Sepanjang tahun 2019, Amartha telah menyalurkan pinjaman Rp 1,8 triliun kepada 380.000 mitra usaha. Tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) Amartha selalu aman terjaga di bawah 1%. Saat ini sudah lebih dari 100.000 pendana yang bergabung dengan Amartha untuk menjadi pejuang kesejahteraan desa. Simak ulasan mereka.
Tertarik menjadi pendana bagi pengusaha mikro? Kamu hanya perlu mengikuti langkah di bawah ini untuk mendaftar menjadi pendana.
Semangat menggunakan produk keuangan untuk mencapai masa depan yang lebih baik memang harus dipupuk dari sekarang. Kaum milenial diharapkan mampu menjadi ujung tombak inklusi keuangan dengan turut berpartisipasi aktif. Dengan demikian roda ekonomi bangsa akan berputar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mari menjadi generasi milenial melek finansial mulai dari dirimu, mulai dari sekarang.
***
DISCLAIMER
Artikel ini diikutsertakan dalam Amartha Blog Competition yang diselenggarakan oleh Amartha dalam rangka memeringati Bulan Inklusi Keuangan 2020.
***
REFERENSI
Amartha.com
Cermati.com. 2020. Netizen Wajib Tahun Apa Itu Inklusi Keuangan, Manfaat dan programnya Biar Melek Keuangan. Diakses secara daring melalui https://www.cermati.com/artikel/netizen-wajib-tahu-apa-itu-inklusi-keuangan-manfaat-dan-programnya-biar-melek-keuangan pada 5 November 2020.
IDN Research Institute. 2019. Indonesia Millennial Report 2019. IDN Media.
Deloitte. 2019. Generasi Milenial dalam Industri 4.0: Berkah Bagi Sumber Daya Manusia Indonesia atau Ancaman?. Deloitte Indonesia Perspective.