• September 11, 2023

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 1.2

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 1.2

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 1.2 150 150 randhayu16@gmail.com

PERISTIWA

Momen yang paling penting dalam proses pembelajaran Modul 1.1 Filosofi Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) hingga Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak adalah saat saya mulai benar-benar memahami betapa relevannya filosofi pendidikan KHD dalam dunia pendidikan saat ini.

Awalnya, saya mungkin melihatnya sebagai konsep-konsep yang kuno atau idealis. Namun, saat saya lebih dalam memahaminya, saya menyadari bahwa nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan keberpihakan pada siswa adalah inti dari pendidikan yang berkualitas dan relevan.

Momen pencerahan ini membawa saya untuk menjadikan filosofi KHD sebagai pedoman dalam karier pendidikan saya. Saya mulai menerapkan nilai-nilai ini dalam interaksi dengan siswa dan rekan kerja saya. Saya merasa tertantang untuk menjadi guru penggerak yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi siswa, berkolaborasi dengan sesama guru, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan inovatif.

Meskipun masih ada tantangan di sepanjang jalan, seperti mencari cara terbaik untuk mengimplementasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari di kelas, namun momen pencerahan ini telah memberikan arah yang jelas dalam perjalanan pendidikan saya. Saya yakin bahwa dengan memahami dan menerapkan filosofi KHD, saya dapat memberikan kontribusi positif pada perkembangan pendidikan dan perkembangan siswa di masa depan.

Filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) sangat relevan dengan nilai-nilai seorang guru penggerak yang memiliki poin mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Di bawah ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai tersebut berhubungan dengan filosofi pendidikan KHD:

1. Mandiri (Ing ngarso Sun Tulodo): Filosofi KHD menekankan pentingnya menginspirasi siswa untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Seorang guru penggerak yang mandiri mampu menjadi contoh bagi siswa dalam mengembangkan kemandirian. Mereka mendorong siswa untuk belajar secara aktif, merancang proyek-proyek mandiri, dan mengambil inisiatif dalam pembelajaran mereka.

2. Reflektif (Ing madyo Mangun Karso): KHD menekankan nilai refleksi dan introspeksi dalam pendidikan. Guru penggerak yang reflektif secara teratur mengevaluasi metode pengajaran mereka dan bertanya pada diri sendiri bagaimana mereka dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa. Mereka juga mendorong siswa untuk merenungkan pembelajaran mereka sendiri, membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih efektif.

3. Kolaboratif (Tut wuri Handayani): Filosofi KHD menyoroti pentingnya hubungan yang erat antara guru dan siswa, serta antar siswa. Seorang guru penggerak yang kolaboratif mempromosikan kerja sama dalam kelas dan menciptakan lingkungan inklusif di mana setiap siswa dapat berpartisipasi. Mereka juga bekerja sama dengan rekan guru dan komunitas pendidikan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

4. Inovatif: KHD sendiri adalah sosok inovatif dalam dunia pendidikan Indonesia. Guru penggerak yang inovatif mampu mengadopsi pendekatan pembelajaran yang baru dan kreatif untuk membuat materi pelajaran lebih menarik dan mudah dimengerti oleh siswa. Mereka menggunakan teknologi, metode pembelajaran yang interaktif, dan proyek-proyek unik untuk meningkatkan minat belajar siswa.

5. Berpihak pada Murid: Filosofi KHD berpusat pada kepentingan siswa. Seorang guru penggerak yang berpihak pada murid sangat terkait dengan nilai-nilai KHD ini. Mereka menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif di mana setiap siswa merasa dihargai. Mereka juga membantu siswa mengembangkan potensi mereka dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan akademik dan pribadi.

Dengan menggabungkan nilai-nilai guru penggerak dengan filosofi pendidikan KHD, kita dapat menciptakan pendidikan yang memungkinkan siswa untuk tumbuh dan berkembang secara holistik, menjadi individu yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan mendapat dukungan penuh dari guru mereka. Ini sejalan dengan visi besar Ki Hajar Dewantara untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

PERASAAN

Saat momen pencerahan itu terjadi, saya merasa seperti bagaikan pintu menuju dunia pendidikan yang lebih berwarna dan berarti telah terbuka di hadapan saya. Semua nilai-nilai filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) menjadi seperti panduan yang mengarahkan langkah-langkah saya dalam memberikan pendidikan yang lebih baik.

Saya merasa seperti bagaikan seorang pelaut yang menemukan bintang utara yang dapat membimbingnya melalui lautan tak terbatas. Nilai-nilai KHD memberikan saya arah yang jelas dan tujuan yang lebih tinggi dalam menjadi seorang pendidik yang berkualitas. Ini adalah momen yang menginspirasi dan memberikan semangat baru dalam perjalanan saya dalam dunia pendidikan.

PEMBELAJARAN

Sebelum momen pencerahan tersebut terjadi, saya mungkin berpikir bahwa mengajar matematika di SMA adalah tentang mengajarkan rumus, konsep, dan menjalankan tes serta ujian. Saya mungkin lebih fokus pada aspek teknis dari mata pelajaran ini, dan kurang memperhatikan nilai-nilai penting yang dapat dipelajari melalui matematika.

Namun, sekarang, dengan pemahaman filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara (KHD), saya menyadari bahwa mengajar matematika di SMA adalah lebih dari sekadar menghafal rumus dan menyelesaikan soal-soal. Matematika dapat menjadi alat untuk mengajarkan nilai-nilai seperti kemandirian, ketelitian, ketekunan, dan kreativitas.

Sekarang, saya melihat matematika sebagai peluang untuk membantu siswa menjadi pemecah masalah yang mandiri. Saya mendorong mereka untuk berpikir reflektif, mencari cara berbeda untuk memahami konsep, dan berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka dalam mencari solusi. Saya juga berusaha untuk mengajar matematika dengan pendekatan yang lebih inovatif, menggunakan teknologi dan metode yang menarik untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa.

Saya yakin bahwa dengan memadukan filosofi pendidikan KHD dengan pengajaran matematika di SMA, saya dapat membantu siswa tidak hanya menguasai mata pelajaran tersebut tetapi juga mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang akan bermanfaat dalam kehidupan mereka di luar kelas matematika.

PENERAPAN KE DEPAN (RENCANA)

1. Mandiri dalam Matematika: Sebagai seorang guru matematika di SMA, saya menyadari bahwa matematika bukan hanya tentang rumus dan angka, tetapi juga tentang mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar. Saya mendorong mereka untuk memecahkan masalah matematika sendiri, mengambil inisiatif dalam pemahaman konsep, dan merasa percaya diri dalam proses pembelajaran.

2. Refleksi dalam Menyelesaikan Soal: Saya mengaplikasikan nilai refleksi dalam pengajaran matematika. Siswa diajarkan untuk merenungkan cara mereka menyelesaikan masalah matematika, mengidentifikasi kesalahan, dan memperbaikinya. Ini membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih efisien dan kritis.

3. Kolaborasi dalam Memahami Konsep: Dalam kelas matematika, saya mempromosikan kolaborasi antara siswa. Mereka diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan mereka tentang konsep-konsep matematika. Ini menggambarkan konsep kolaborasi dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.

4. Inovasi dalam Pembelajaran: Saya senantiasa mencari cara-cara inovatif untuk mengajar matematika. Penggunaan teknologi, simulasi, permainan matematika, dan pendekatan kreatif lainnya digunakan untuk membuat mata pelajaran ini lebih menarik dan relevan bagi siswa.

5. Berpihak pada Murid: Lingkungan belajar matematika yang positif dan inklusif adalah tujuan saya. Saya mendengarkan kebutuhan individu siswa, memberikan bantuan tambahan jika diperlukan, dan menciptakan suasana di mana setiap siswa merasa dihargai. Ini mencerminkan prinsip berpihak pada murid dalam filosofi KHD.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan konsep-konsep ini ke dalam pengajaran matematika saya, saya berharap dapat membantu siswa tidak hanya menjadi ahli dalam matematika tetapi juga mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai yang akan memengaruhi kehidupan mereka secara lebih luas. Matematika bukan hanya materi pelajaran, tetapi juga alat untuk membantu siswa menjadi individu yang lebih mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada diri mereka sendiri dalam perjalanan pendidikan mereka.