Peran dalam Menciptakan Budaya Positif di Sekolah
Peran saya sebagai guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah melibatkan sejumlah konsep kunci. Disiplin positif menjadi dasar untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan siswa. Ini melibatkan pengembangan pemahaman tentang nilai-nilai kebajikan dan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Pemahaman tentang motivasi perilaku manusia, terutama perbedaan antara hukuman dan penghargaan, membantu saya dalam membimbing siswa untuk mengembangkan perilaku yang positif. Saya menyadari bahwa penghargaan dapat memberikan dorongan yang positif, tetapi harus digunakan dengan bijaksana. Posisi kontrol restitusi menjadi pendekatan yang sangat efektif dalam membangun tanggung jawab siswa. Dengan memperkenalkan siswa pada konsep ini, saya dapat membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka.
Keyakinan sekolah/kelas menjadi fondasi yang kuat untuk memandu tindakan dan perilaku siswa. Dengan membantu siswa memahami nilai-nilai yang mendukung budaya positif, saya dapat memberikan mereka arah yang jelas dalam mengambil keputusan. Segitiga restitusi adalah alat yang berguna untuk menyelesaikan konflik dan memulihkan hubungan yang rusak. Ini membantu menciptakan lingkungan di mana siswa merasa didengar dan dihargai.
Pemahaman tentang Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak, semuanya berkontribusi untuk memberikan arahan dan makna bagi peran saya sebagai guru. Saya harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai kebajikan, dan visi saya adalah menciptakan lingkungan di mana siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan memadukan konsep-konsep ini, saya memiliki peran yang penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah, di mana siswa dapat belajar, berkembang, dan merasa dihargai. Budaya positif ini bukan hanya menciptakan lingkungan yang baik untuk siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang berharga dalam masyarakat.

Pemahaman Tentang Konsep Modul 1.4 Budaya Positif
Seiring berjalannya waktu, pemahaman saya tentang konsep-konsep inti dalam modul ini semakin mendalam. Saya mulai menyadari sejauh mana relevansinya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Ada beberapa hal yang menarik dan mengejutkan yang saya temukan selama proses pembelajaran.
Satu hal yang menonjol adalah keterkaitan erat antara konsep disiplin positif dan pembelajaran matematika. Dengan mendefinisikan keyakinan kelas yang jelas dan memberikan pengakuan atas pencapaian siswa dalam memecahkan masalah matematika, saya menyadari bahwa lingkungan kelas yang positif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Siswa merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam mata pelajaran matematika.
Selanjutnya, konsep motivasi dan penghargaan juga berkaitan dengan pembelajaran matematika. Saya belajar bahwa penggunaan penghargaan yang bijak, seperti memberikan pujian atau pengakuan, dapat memberikan dorongan ekstra bagi siswa dalam menghadapi tantangan matematika. Namun, penting untuk memastikan bahwa penghargaan tersebut selaras dengan pencapaian yang sesungguhnya agar siswa merasa dihargai secara tulus.
Posisi kontrol guru dalam proses pembelajaran matematika juga terbukti penting. Saya menyadari bahwa sebagai guru matematika, saya memiliki peran sentral dalam membimbing siswa. Penerapan posisi kontrol yang tepat memungkinkan saya menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana siswa merasa nyaman untuk mengambil risiko dalam memecahkan masalah matematika.
Saya menyadari bahwa konsep-konsep ini bukan hanya berlaku dalam konteks pendidikan umum, tetapi juga dalam pembelajaran matematika. Melalui penggabungan prinsip-prinsip ini, saya yakin bahwa saya dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih positif dan bermakna bagi siswa dalam mata pelajaran matematika. Saya melihat bahwa matematika dapat diajarkan dengan lebih efektif dan menyenangkan saat konsep-konsep inti ini diterapkan dengan baik.
Perubahan Cara Berpikir
Setelah mempelajari modul ini, saya mengalami perubahan signifikan dalam cara berpikir saya tentang menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah saya. Sebelumnya, saya lebih cenderung fokus pada penerapan peraturan dan tindakan disiplin ketika siswa melanggar aturan. Namun, setelah memahami konsep disiplin positif dan segitiga restitusi, saya mulai melihat pentingnya memahami perasaan dan kebutuhan siswa saat menangani permasalahan.
Sekarang, pendekatan saya lebih berfokus pada komunikasi dan pemahaman. Saya mencoba mendengarkan siswa dengan lebih baik, memahami perasaan mereka, dan mencari solusi bersama ketika terjadi konflik. Saya menyadari bahwa penggunaan hukuman atau penghargaan tidak selalu efektif dalam jangka panjang, sedangkan restitusi dan pemahaman terhadap kebutuhan dasar siswa dapat menciptakan hubungan yang lebih positif dan berkelanjutan.
Saya juga lebih peduli untuk menciptakan keyakinan kelas yang menggambarkan nilai-nilai kebajikan yang ingin saya tanamkan pada siswa, dan bagaimana kami sebagai komunitas kelas dapat bersama-sama mencapai tujuan tersebut. Perubahan dalam cara berpikir ini membantu saya merancang lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan mendukung perkembangan siswa dalam hal akademik dan sosial. Saya yakin bahwa dengan pendekatan ini, kami dapat menciptakan budaya positif yang memotivasi siswa untuk belajar dan berkembang.
Interaksi dengan Murid
Sebelum mempelajari modul ini, saya cenderung menggunakan posisi kontrol guru dengan lebih banyak memberikan perintah dan memegang kendali dalam kelas. Saya merasa terbebani dengan tugas-tugas ini dan sering merasa frustrasi ketika siswa tidak mematuhi perintah atau aturan yang telah ditetapkan.
Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba untuk menggunakan posisi kontrol yang lebih baik sesuai dengan situasi. Saya mencoba untuk memanfaatkan posisi manajer, pemantau, dan teman sekelas dalam menciptakan budaya positif di kelas. Saya merasa lebih baik karena merasa lebih bekerja sama dengan siswa dan mengikutsertakan mereka dalam proses pembuatan keputusan. Ini mengurangi tingkat stres dan frustrasi yang saya rasakan sebelumnya.
Perbedaan utamanya adalah perasaan kerjasama dan saling pengertian yang lebih baik di kelas. Siswa lebih termotivasi dan berpartisipasi aktif karena mereka merasa lebih dihargai dan memiliki peran dalam lingkungan belajar. Dengan menerapkan pendekatan ini, suasana kelas menjadi lebih positif dan produktif.

Penerapan Segitiga Restitusi
Sebelum mempelajari modul ini, saya belum pernah secara khusus menerapkan segitiga restitusi dalam penanganan permasalahan murid saya. Saya lebih cenderung menggunakan metode konvensional dalam menangani masalah di kelas, seperti memberikan hukuman atau peringatan kepada siswa yang melanggar aturan.
Setelah mempelajari modul ini, saya merasa lebih siap untuk menerapkan pendekatan segitiga restitusi dalam menangani permasalahan murid saya. Saya mengerti bahwa langkah-langkah seperti mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan siswa, mengajak mereka berbicara untuk mencari solusi, dan merestitusi ketika perlu adalah pendekatan yang lebih positif dan berkelanjutan. Saya belum memiliki pengalaman praktis dalam menerapkan segitiga restitusi, tetapi saya berencana untuk mencoba pendekatan ini di masa depan untuk menciptakan lingkungan kelas yang lebih positif dan inklusif.